PPMIMesir, Kairo- Senin (16/9), Kemenlu PPMI berkunjung ke asrama JS (Jam’iyah Syar’iyah) guna membincang perihal mahasiswi Indonesia yang saat ini bertempat tinggal di JS. Beberapa hal yang dibincangkan mencakup prestasi akademik dan juga hal ihwal mahasiswi Indonesia.
JS sendiri telah berdiri sejak tahun 1912 M, dibangun oleh syekh Mahmud sebagai lembaga sosial untuk membantu anak yatim untuk mengurangi angka buta huruf di Mesir. Jam’iyah Syar’iah juga memiliki rumah sakit yang membantu banyak anak yang kurang mampu dan berkebutuhan khusus. Saat ini asrama JS memiliki 120 mahasiswi dan 75 di antaranya adalah mahasiswi Indonesia.
Iman selaku sekertaris kepala asrama mengungkapkan bahwa tahun ini nilai akademik mahasiswi Indonesia di JS mengingkat. Setelah sebelum-sebelumnya nilai mereka cenderung berada di maqbul.
Hal ini disinyalir tersebab semangat mahasiswi yang tinggi untuk menambah kuliahnya dengan bimbel. Kendati demikian, bimbel yang berlangsung sekitar jam lima sore hingga delapan malam cukup dikhawatirkan oleh Iman.
Oleh karenanya beliau menyampaikan kepada Kemenlu PPMI dalam hal ini, Kevin Damara beserta jajarannya mengenai harapan JS terhadap bimbel di dalam asrama JS. Ia menyampaikan bahwa pihak JS akan memfasilitasi guru dari luar. Terlebih ketika musim dingin, ia mengkhawatirkan daerah sekitar asrama JS bagi mahasiswi yang harus pulang ke asarama pada jam tujuh malam. Tidak hanya bimbel, Iman juga mempersilahkan bagi guru-guru untuk tahfidz untuk menerima setoran mahasiswi di asarama JS. Bahkan, Iman menyatakan siap membiayai guru-guru tersebut.
Selain itu, Iman juga sempat memberikan keluhan ke terkait mahasiswi Indonesia. Beliau menuturkan bahwa, “Pada zaman dulu mahasiswi indo lebih sedikit dan sangat tenang dan tidak berisik, sekarang sudah berubah dengan berputarnya waktu mereka jadi susah diatur dan jadi tidak peka terhadap peraturan dan kebersihan.”
Rep; AJZ
Jangn lupa tinggalkan jejakmu!