Negara Mesir yang sedang kita pijak dalam misi menuntut ilmu ini adalah salah satu negara Timur Tengah yang memiliki aneka tradisi unik dalam mengarungi bulan Ramadan. Tradisi Ramadan di Mesir terasa lebih unik dan bernuansa khas. Negeri Nabi Musa ini banyak menampilkan tradisi Ramadan yang sebagian sudah diwariskan secara turun temurun selama ratusan tahun.
Kehadiran tradisi Ramadan tersebut menggoreskan sebuah pemandangan unik di seantero Mesir. Pemandangan yang sama juga telah disaksikan oleh para pelancong dari zaman ke zaman tatkala mengunjungi Mesir di bulan Ramadan. Berikut adalah tradisi Ramadan yang selalu mengikat hati para pengunjung di Negeri Lembah Nil ini:
1. Maidatur Rahman
Setiap negara pasti punya tradisi tersendiri ketika memasuki momen buka bersama. Tradisi Maidatur Rahman yang ada di Mesir adalah salah satu yang paling terkenal. Acara pembagian makan gratis dan buka bersama yang digelar di jalanan-jalanan Mesir ini menjadi salah satu hal paling ikonik dari tradisi Ramadan di Negeri Kinanah.
Tradisi hidangan buka puasa gratis di jalanan atau Maidatur Rahman konon dimulai oleh sosok ulama Imam Laits Bin Sa’ad yang gemar bersedekah di bulan Ramadan. Menurut travel writer Uttiek M. Panji Astuti, hidangan yang disajikan Imam Laits pada waktu itu adalah bubur yang pada akhirnya terkenal dengan sebutan “Bubur Al-Laits”.
Baca juga: Mari Mengenal Masyayikh Al-Azhar
Tradisi yang dimulai oleh Imam ahli fikih itu pun tetap lestari hingga kini di tangan para dermawan yang menyumbangkan hartanya untuk hidangan Maidatur Rahman . Contohnya bisa kita lihat di pinggiran jalan-jalan Mesir kerap kali kita temukan meja-meja yang tersusun rapi dengan takjil gratis yang tersedia untuk berbuka bersama.
Namun kesempatan berbuka bersama di Maidatur Rahman tidak bisa kita nikmati di bulan puasa ini karena pemerintah Mesir mengeluarkan kebijakan larangan pengadaan Maidatur Rahman untuk mencegah penularan covid-19.
2. Lentera Ramadan atau Fanus
Memasuki bulan Ramadan, para penjual lentera tumpah ruah di pinggir jalanan Mesir. Lentera Ramadan atau yang terkenal sebagai fanus ini akan digunakan masyarakat Mesir sebagai hiasan di dekorasi rumah, toko, maupun balkon mereka. Kemunculan ribuan fanus di seantero kota menciptakan sebuah nuansa tersendiri ketika mengarungi bulan Ramadan di Mesir.
Baca juga: Mengapa Al-Azhar Masih Bertahan Kokoh?
Gagasan pemakaian lentera ini sudah ada sejak era kerajaan Fatimiyyah. Terdapat banyak versi yang menceritakan awal dipakainya fanus untuk keperluan hiasan di bulan Ramadan. Salah satunya menceritakan bahwa sultan Fatimiyyah biasa pergi pada malam hari sebelum Ramadan bersama dengan anak-anak, masing-masing membawa lentera untuk menerangi jalan.
Versi lain juga mengisahkan bahwa masyarakat Mesir membawa lentera untuk menyambut khalifah Muiz Li Dinillah sembari menunggu datangnya malam pertama bulan Ramadan. Sejak saat itu khalifah memerintahkan kepada penduduk agar menghias kota dengan fanus di bulan Ramadan. Tradisi fanus ini adalah termasuk tradisi yang telah bertahan ratusan tahun hingga kini.
3. Mesharaty, Tradisi Membangunkan Sahur
Mesharaty adalah sebuah tradisi membangunkan sahur dengan gendang atau rebana yang dilakukan oleh seorang penabuh yang berkeliling komplek. Para penabuh gendang sahur atau Mesharaty ini pun biasanya memakai pakaian khas Mesir sebagai atributnya.
Baca juga: Madrasah Keilmuan Al-Azhar
Mesharaty berkeliling rumah dan memanggil-manggil nama pemilik rumah agar bangun. Biasanya diiringi juga dengan syair-syair, zikir , dan juga selawat sembari memukul gendang.
Tradisi membangunkan orang untuk santap sahur ini pertama kali muncul pada era kekhalifahan Abbasiyah. Gubernur Mesir saat itu, Orbat bin Ishaq adalah Mesharaty pertama dalam sejarah. Sang Gubernur berjalan di Kairo pada tahun 852 Masehi untuk mengingatkan warga bangun sahur.
Seiring berjalannya waktu, para pemimpin Islam menujuk seorang Mesharaty untuk membangunkan sahur. Tradisi ini terus lestari hingga hari ini. Para Mesharaty masih banyak yang bertugas di seantero Kairo guna membangunkan orang untuk sahur.
4. Meriam sebagai penanda Buka Puasa dan Waktu Imsak
Salah satu yang menjadi ciri khas negara-negara Timur Tengah dalam menandakan waktu berbuka puasa adalah suara dentuman meriam. Tradisi unik ini juga menyebar di banyak negara Arab seperti Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, hingga Arab Saudi.
Baca juga: Tahapan Belajar Fikih Asy-Syafi’i
Tradisi ini bermula pada abad 19, Tatkala pemimpin Mesir, Muhammad Ali menembakkan meriam buatan jerman pada waktu maghrib. Saat itu penduduk mengira bahwa tembakkan itu digunakan sebagai tanda untuk berbuka puasa. Pemimpin Mesir pada waktu itu pun akhirnya berinovasi menggunakan meriam sebagai penanda untuk tibanya waktu berbuka dan imsak.
5. Salat Tarawih di Masjid Al-Azhar
Salat Tarawih di Masjid Al-Azhar memiliki suatu nuansa tersendiri yang jarang ada di masjid-masjid selainnya. Selain para imam salat yang dipilih langsung dari para syekh dan ulama Al-Azhar, salat tarawih di masjid ini menggunakan dua qiraat yang berbeda di setiap setengah rakaat salat tarawih.
Imam tarawih akan bergantian membawakan qiraah al-Qur’an yang berbeda pada rakaat pertama sampai keempat, dan juga rakaat ke lima sampai ke delapan. Adapun salat witir biasanya akan kembali diimami oleh imam pada rakaat pertama sampai ke empat.
Masih banyak lagi keunikan dan tradisi Ramadan di Mesir yang sangat lekat pada ciri khas negara ini dan penduduknya. Semua tradisi yang masih tersaji hingga hari ini adalah warisan turun temurun dari zaman kerajaan hingga sekarang yang tetap lestari dan memiliki nilai sejarah dan peradaban yang tak ternilai harganya.
Penulis: Anhar Azumta
Editor: Nazhril Fathra