Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /www/wwwroot/ppmimesir.or.id/wp-includes/functions.php on line 6114
Berdikari di Tengah Badai Kontroversi ⋆ PPMI Mesir
Scroll untuk baca artikel
Banner 325x300
Web Hosting
Web Hosting
Example 728x250
Artikel

Berdikari di Tengah Badai Kontroversi

11
×

Berdikari di Tengah Badai Kontroversi

Share this article

Oleh: Anhar Azzumta

Example 468x60

Politik identitas sudah menjadi rahasia umum di kancah politik Indonesia beberapa tahun lalu. Hal ini terjadi bukan semata-mata propaganda para politikus. Namun juga terlahir akibat fenomena sosial keagamaan yang menarik atensi banyak pihak serta menimbulkan kontroversi. Ia juga acapkali menjadi kesempatan bagi berbagai kelompok untuk menghitamputihkan fakta yang ada, karena kebenaran fakta yang terjadi masih sangat kabur.

Oleh karena itu, kita wajib memegang prinsip bahwa kita tidak boleh terburu-buru menentukan sikap terhadap sebuah kejadian, terlebih yang sarat kontroversi. Juga tidak segera mengamini sebuah narasi yang mengatakan bahwa “inilah yang benar” atau “inilah yang salah”. Walaupun terkadang banyak kelompok yang mendesak kita untuk membuat pernyataan, bersuara, dan memihak pandangan tertentu.

Contoh kecilnya yang mungkin sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni jika ada teman satu sekolah kita pindah agama, lalu teman-teman kita yang merasa risih dan tidak suka dengannya mulai melemparkan sebuah tuduhan yang tidak tepat. Ada juga yang langsung setuju tanpa tahu lebih mendalam. Akhirnya sebagian orang terprovokasi agar menjauhinya, serta ada juga yang mendukung tapi tidak disertai dengan argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam posisi inilah kita sebaiknya menelaah lebih jauh tentang masalah dan faktor apa yang sebenarnya melatarbelakangi teman kita yang pindah agama, dan tetap berkelakuan sopan santun kepada siapa saja. Serta tidak terpengaruh pendapat teman-teman yang mengatakan bahwa keputusan pindah agama itu benar atau salah.

Masalah prinsip ini penting diedukasikan kepada masyarakat luas, agar tidak mudah terseret arus informasi yang sangat cepat beredar dan menjauhi ujaran kebencian maupun pengagungan yang membabi buta. Sikap kritis, berimbang, serta santun merupakan keterampilan yang wajib dimiliki generasi abad ke-21 disamping keterampilan teknologi digital. Kemampuan ini juga bisa mengantarkan kita menjadi manusia yang berkarakter merdeka. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bisa berdikari di tengah kontroversi.

Jangan Terlalu Cepat Memberi Komentar

Terlalu cepat memberikan komentar atau pernyataan terhadap sesuatu di saat kita hanya mengetahui secara samar-samar terhadap sebuah fakta bisa berakibat fatal. Seorang yang ahli dalam bidangnya pun perlu menelaah lebih dalam terhadap sebuah masalah dengan kapasitas ilmunya. Seorang dokter telah menempuh pendidikan selama bertahun-tahun sebelum bisa mendiagnosis penyakit pasien. Begitu juga kita, seharusnya tidak cepat berkomentar terhadap sesuatu kecuali kita memang pakarnya. Namun yang banyak terjadi justru sebaliknya.

Banyak perkara sensitif dan kontroversial yang diberitakan secara sensasional. Fakta, motif, maupun faktor dari peristiwa tersebut sesungguhnya tidak bisa dilihat dari kacamata hitam dan putih. Contohnya adalah kasus radikalisme di Indonesia yang berbuah aksi terror dan pergerakan anarkis. Biasanya dalam kasus ini, opini berkembang bahwa pelaku teror berasal dari agama tertentu, dan memiliki ciri fisik serta, penampilan tertentu. Opini ini begitu liar dan amat berbahaya jika kita diterima begitu saja ataupun ditentang begitu saja. Kita perlu menelaah lebih jauh ke semua sumber dan sudut pandang agar duduk perkaranya jelas dan tidak mengawang-awang.

Begitupun ketika ada kasus artis yang melepas hijab, seyogyanya kita perlu menahan komentar kita. Tidak perlu menghujat maupun mendukung. Hal ini dilakukan agar kita memiliki pandangan yang berimbang dan mendalam serta bisa mengetahui fakta yang sebenarnya dari sebuah peristiwa sebelum kita membicarakannya.

Berani Bersifat Objektif dan Mengembalikan Kepada Sumber yang Valid

Ada banyak kondisi yang mengharuskan kita bersifat objektif. Tidak hanya pada orang lain namun juga objektif terhadap diri sendiri. Misalkan ketika kita suka malas-malasan dalam belajar, dan melihat banyak orang lain juga tidak lulus kuliah. Kita tidak boleh menjadikan hal tersebut sebagai alasan kemalasan kita lalu mengomentari fenomena tersebut dengan kata-kata “Tidak apa-apa tidak lulus kuliah, kesuksesan tidak hanya datang di bangku kuliah”. Padahal kita mengatakan hal tersebut bukan karena sudah mendalami kehidupan pasca lulus, namun karena kita malu jika akhirnya ketahuan malas kuliah dan akhirnya tidak lulus.

Sikap berani objektif ini penting supaya dalam sebuah permasalahan kita bisa menemukan fakta yang benar. Jika kita berani objektif, maka kita bisa mengakui misalnya bahwa ketidaklulusan mahasiswa memang terjadi salah satunya karena semangat berkuliah yang menipis. Kita pun bisa terlecut dan terpacu untuk meninggalkan kebiasaan buruk yang sebelumnya kita miliki.

Setelah bersikap objektif kita juga perlu mencari data dan fakta dari sumber yang valid dan terpercaya. Ketika ada masalah dalam agama, maka cobalah tanyakan kepada ahli agama yang terpercaya dan sudah teruji di bidangnya. Begitupun jika ada masalah politik, maka semestinya kita juga perlu bertanya ke ahli politik. Jangan sampai terbalik menanyakan masalah agama kepada ahli politik dan menanyakan masalah politik kepada ahli agama.

Dalam memilih sumber kita juga harus berusaha untuk memastikan bahwa sumber yang kita rujuk tidak hanya dari satu pihak. Sumber perlu kita kumpulkan dari banyak pihak dan sudut pandang. Agar kita memperoleh data yang cukup dan bisa membandingkan fakta dari dua sisi yang bertentangan. Hal ini penting dilakukan sebelum kita berkomentar ataupun membicarakan sebuah hal. Baik yang biasa-biasa saja maupun dalam taraf kontroversial.

Kesimpulan

Berdikari di Tengah Badai Kontroversi

Politik identitas sudah menjadi rahasia umum di kancah politik Indonesia beberapa tahun lalu. Hal ini terjadi bukan semata-mata propaganda para politikus. Namun juga terlahir akibat fenomena sosial keagamaan yang menarik atensi banyak pihak serta menimbulkan kontroversi. Hal ini menjadi kesempatan bagi berbagai kelompok untuk menghitamputihkan fakta yang ada, karena kebenaran fakta yang terjadi masih sangat kabur.

Oleh karena itu, kita wajib memegang prinsip bahwa kita tidak boleh terburu-buru menentukan sikap terhadap sebuah kejadian, terlebih yang sarat kontroversi. Juga tidak segera mengamini sebuah narasi yang mengatakan bahwa “inilah yang benar” atau “inilah yang salah”. Walaupun terkadang banyak kelompok yang mendesak kita untuk membuat pernyataan, bersuara, dan memihak pandangan tertentu.

Contoh kecilnya yang mungkin sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yakni jika ada teman satu sekolah kita pindah agama, lalu teman-teman kita yang merasa risih dan tidak suka dengannya mulai melemparkan sebuah tuduhan yang tidak tepat. Ada juga yang langsung setuju tanpa tabu lebih mendalam. Akhirnya sebagian orang terprovokasi agar menjauhinya, serta ada juga yang mendukung tapi tidak disertai dengan argumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam posisi inilah kita sebaiknya menelaah lebih jauh tentang masalah dan faktor apa yang sebenarnya melatarbelakangi teman kita yang pindah agama, dan tetap berkelakuan sopan santun kepada siapa saja. Serta tidak terpengaruh pendapat teman-teman yang mengatakan bahwa keputusan pindah agama itu benar atau salah.

Masalah prinsip ini penting diedukasikan kepada masyarakat luas agar tidak mudah terseret arus informasi yang sangat cepat beredar dan menjauhi ujaran kebencian maupun pengagungan yang membabi buta. Sikap kritis, berimbang, serta santun merupakan keterampilan yang wajib dimiliki generasi abad ke-21 disamping keterampilan teknologi digital. Kemampuan ini juga bisa mengantarkan kita menjadi manusia yang berkarakter merdeka. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bisa berdikari di tengah kontroversi.

Jangan Terlalu Cepat Memberi Komentar

            Terlalu cepat memberikan komentar atau pernyataan terhadap sesuatu di saat kita hanya mengetahui secara samar-samar terhadap sebuah fakta bisa berakibat fatal. Seorang yang ahli dalam bidangnya pun perlu menelaah lebih dalam terhadap sebuah masalah dengan kapasitas ilmunya. Seorang dokter telah menempuh pendidikan selama bertahun-tahun sebelum bisa mendiagnosis penyakit pasien. Begitu juga kita, seharusnya tidak cepat berkomentar terhadap sesuatu kecuali kita memang pakarnya. Namun yang banyak terjadi justru sebaliknya.

            Banyak perkara sensitif dan kontroversial yang diberitakan secara sensasional. Fakta, motif, maupun faktor dari peristiwa tersebut sesungguhnya tidak bisa dilihat dari kacamata hitam dan putih. Contohnya adalah kasus radikalisme di Indonesia yang berbuah aksi terror dan pergerakan anarkis. Biasanya dalam kasus ini, opini berkembang bahwa pelaku teror berasal dari agama tertentu, dan memiliki ciri fisik serta, penampilan tertentu. Opini ini begitu liar dan amat berbahaya jika kita diterima begitu saja ataupun ditentang begitu saja. Kita perlu menelaah lebih jauh ke semua sumber dan sudut pandang agar duduk perkaranya jelas dan tidak mengawang-awang.

Begitupun ketika ada kasus artis yang melepas hijab, seyogyanya kita perlu menahan komentar kita. Tidak perlu menghujat maupun mendukung. Hal ini dilakukan agar kita memiliki pandangan yang berimbang dan mendalam serta bisa mengetahui fakta yang sebenarnya dari sebuah peristiwa sebelum kita membicarakannya.

Berani Bersifat Objektif dan Mengembalikan Kepada Sumber yang Valid

            Ada banyak kondisi yang mengharuskan kita bersifat objektif. Tidak hanya pada orang lain namun juga objektif terhadap diri sendiri. Misalkan ketika kita suka malas-malasan dalam belajar, dan melihat banyak orang lain juga tidak lulus kuliah. Kita tidak boleh menjadikan hal tersebut sebagai alasan kemalasan kita lalu mengomentari fenomena tersebut dengan kata-kata “Tidak apa-apa tidak lulus kuliah, kesuksesan tidak hanya datang di bangku kuliah”. Padahal kita mengatakan hal tersebut bukan karena sudah mendalami kehidupan pasca lulus, namun karena kita malu jika akhirnya ketahuan malas kuliah dan akhirnya tidak lulus.

            Sikap berani objektif ini penting supaya dalam sebuah permasalahan kita bisa menemukan fakta yang benar. Jika kita berani objektif, maka kita bisa mengakui misalnya bahwa ketidaklulusan mahasiswa memang terjadi salah satunya karena semangat berkuliah yang menipis. Kita pun bisa terlecut dan terpacu untuk meninggalkan kebiasaan buruk yang sebelumnya kita miliki.

            Setelah bersikap objektif kita juga perlu mencari data dan fakta dari sumber yang valid dan terpercaya. Ketika ada masalah dalam agama, maka cobalah tanyakan kepada ahli agama yang terpercaya dan sudah teruji di bidangnya. Begitupun jika ada masalah politik, maka semestinya kita juga perlu bertanya ke ahli politik. Jangan sampai terbalik menanyakan masalah agama kepada ahli politik dan menanyakan masalah politik kepada ahli agama.

Dalam memilih sumber kita juga harus berusaha untuk memastikan bahwa sumber yang kita rujuk tidak hanya dari satu pihak. Sumber perlu kita kumpulkan dari banyak pihak dan sudut pandang. Agar kita memperoleh data yang cukup dan bisa membandingkan fakta dari dua sisi yang bertentangan. Hal ini penting dilakukan sebelum kita berkomentar ataupun membicarakan sebuah hal. Baik yang biasa-biasa saja maupun dalam taraf kontroversial.

Kesimpulan

            Melakukan semua hal di atas kiranya begitu penting di tengah zaman yang penuh gempuran hoaks dan berita yang disampaikan secara parsial ini. Penalaran kritis sangat perlu dilakukan dengan mengumpulkan semua sudut pandang. Begitu juga dengan prinsip bahwa kita tidak boleh tunduk pada desakan atau intimidasi orang lain yang menyuruh kita untuk cepat menentukan sikap. Walaupun pada akhirnya pandangan kita tidak harus netral, namun setidaknya kita sudah mengetahui titik permasalahan secara objektif dan tidak tinggi hati lalu menutup diri kita dari adanya perbaikan.

            Melakukan semua hal di atas kiranya begitu penting di tengah zaman yang penuh gempuran hoaks dan berita yang disampaikan secara parsial ini. Penalaran kritis sangat perlu dilakukan dengan mengumpulkan semua sudut pandang. Begitu juga dengan prinsip bahwa kita tidak boleh tunduk pada desakan atau intimidasi orang lain yang menyuruh kita untuk cepat menentukan sikap. Walaupun pada akhirnya pandangan kita tidak harus netral, namun setidaknya kita sudah mengetahui titik permasalahan secara objektif dan tidak tinggi hati lalu menutup diri kita dari adanya perbaikan.

Web Hosting
Example 120x600