Oleh: Saiful Riyan
“Di zaman kami dulu, memang tidak maju. Tetapi stabilitas Masisir aman, walaupun tidak semaju yang lainnya” ungkap salah seorang pimpinan PPMI yang telah purna. Ungkapan yang sangat terasa akan opportunis, tanpa api di dalamnya, tanpa idealisme yang progresif.
Hampir semua orang mengakui bahwa Gus Dur Ketika memimpin Indonesia terlalu progressive yang akhirnya disalahpahami oleh banyak orang pada zamannya. Dua puluh tahun lebih berselang, baru kita merasakan arti dari pergerakan Gus Dur.
Seseorang yang mengungkapkan kalimat pertama tadi sama sekali tidak ada ingatan public tentang masa Khidmah dia di PPMI, hanya menjalankan program formalitas, yang tidak berefek apa-apa pada masa depan Masisir. Dan hal tersebut diamini oleh banyak pihak.
Terlepas dari beberapa kegaduhan publik pada periode kabinet olaboratif PPMI Mesir, penulis merasa banyak sekali pengaruh dan pikiran yang diwariskan, sebut saja kata ‘Bonus Demografi’, PPMI periode inilah yang memboomingkannya ke Masisir, yang akhirnya membuat Masisir peduli dengan pentingnya Bonus Demografi; hal yang tidak akan terjadi dua kali kepada suatu bangsa.
Perlu diingat renaissance yang terjadi di eropa, dan pelbagai perubahan besar di dunia terjadi karena adanya kegaduhan, bahwa tataran anggota atau Masyarakat suatu kalangan mempunyai vocal point yang sama tentang beberapa hal.
Contoh: kegaduhan yang terjadi tentang wisuda, membuat public sadar bahwa uang iuran wisuda perlu dikawal hingga LPJ, tentang banyaknya atribut yang tidak sesuai dengan harga slinya, tentang aula yang disewa tidak semahal aslinya dan banyak hal, yang ternyata menurut beberapa pengakuan dan berita laporan panitia yang diakomodir oleh beberapa orang saja, serta menggelapkan uang PPMI Mesir tahun lalu, tidak adanotanya berjumlah ratusan.
Harapannya Masisir sadar, dan para pemangku kebijakan turut sadar bahwa stabilitas bukan tujuan, melainkan perubahanlah yang menjadi tujuan. “Apa lagi kemewahan yang dimiliki pemuda, selain idealismenya?”