Berada di Mesir pada bulan November hingga Januari nantinya sama saja memasuki ruangan Pendingin raksasa, di sana sini akan tampak orng-orang berpakaian tebal dan rapat terutama bagi mereka yang terlahir sebagai anak Khatulistiwa yang beriklim trofis, wajar saja banyak yang lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah dan bersembunyi di balik selimut tebalnya sebari menyeruput teh hangat dan diktat-diktat kuliah guna mempersiapkan ujian pada akhi Desember mendatang.
Di sisi lain bulan November hingga Januaripun merupakan bulan-bulan yang cukup melelahkan bagi Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) karena pada bulan-bulan ini hampir kebanyakan warga asing yang belajar di Bumi Musa ini Izin tinggalnya Memasuki batas waktu dalam artian harus diperpanjang guna keselamatannya dari pemeriksaan keamanan Mesir yang semakin ketat, Sontak gedung kecil yang menyempil di sela-sela besarnya tembok Asrama Buust itu padat dikunjungi mereka-mereka dari berbagai negara guna mengurusi perpanjangan izin tinggal, tidak terkecuali Indonesia, Fenomena ini dapat ditemukan setiap Sabtu dan Senin karena pada dua hari inilah Indonesia mendapatkan bagian waktunya dalam pengurusan Izin Tinggal.
System yang kuno (Red: manual) serta rendahnya tingkat produktivitas para pekerja imigrasi Mesir menambah berbagai masalah bagi mereka yang ingin mengurusi perpanjangan izin tinggalnya, bagi Indonesia dua hari yang diberikan oleh pihak imigrasi Mesir sangatlah tidak cukup mengingat jumlah WNI yang begitu banyak dan hampir keseluruannya habis masa izin tinggalnya pada bulan-bulan tersebut, ditambah lagi dua hari itupun digabung bersama warga negara Malaysia dan Rusia yang sangat banyak jumlah warganya bahkan jauh melebihi Indonesia.
Meski kantor imigrasi baru dibuka pada pukul 08.30 pagi waktu kairo, namun pada pukul 1 dini hari pada