[pl_row]
[pl_col col=12]
[pl_text]
Ppmimesir.or.id, Kairo—Khasmir memiliki kecenderungan dan presentasi 70% bergabung dengan Pakistan. Secara geografis ia berada di antara perbatasan Pakistan-India. Namun, Pemerintah India bersikeras memasukkan Jammu dan Khasmir ke dalam cengkramannya. Warga Khasmir dan Pakistan memperingati agresi militer India atas kedua daerah tersebut pada 27 Oktober 1947 yang dinamakan Kashmir Black Day. Peringatan tersebut telah berlangsung selama 70 tahun.
PPMI Mesir yang diwakili oleh Kemenperhub berkesempatan menghadiri undangan Persatuan Mahasiswa Pakistan dalam rangka memperingati Khasmir Black Day pada Selasa, (27/10/2020) di Jalan El Saluli, Dokki. Beberapa perwakilan mahasiswa dari berbagai negara, dan dosen Al-Azhar juga turut hadir serta memberikan pandangan mereka terkait peristiwa ini dalam acara.
Di antaranya Ahmad Fathi Yusuf sebagai mantan Duta Besar Mesir di Pakistan, Syah Nadzril Khan selaku Wakil Dubes Pakistan, Pak Hani, Pemimpin Redaksi koran Al-Jumhuriyah, Dr. Ibrahim Mohammed Ibrahim, mantan Kepala Departemen Ilmu Sosiologi cabang putri, Divisi Bahasa Urdu Universitas Al-Azhar. Dr. Hanaa, Kepala Departemen Ilmu Sosiologi cabang putri, Divisi Bahasa Urdu, Universitas Al-Azhar, Dr. Yahya Al-Shami perwakilan Universitas Suez.
Duta Besar Pakistan mengatakan dalam acara “Wilayah Jammu dan Khasmir merupakan wilayah sangketa antara kedua negara, memasukkan Khasmir dalam wilayah India tidak dibenarkan secara hukum,” tegasnya.
“Pemerintah Modi telah gagal dalam menangani isu Khasmir berhak diberi saksi atas perbuatannya terhadap warga Khasmir dan Muslimin pada umumnya,” lanjut Pak Dubes.
Selain itu Dubes juga meminta perhatian PBB agar bergerak cepat menghentikan diskriminasi atas warga Khasmir, kemudian membebaskan Khasmir dari India serta mencabut keputusannya pada tanggal 5 Oktober 2019.
Reporter : Sultan Nur Fadel
Editor : Dwi Wijaya
[/pl_text]
[/pl_col]
[/pl_row]