Universitas Al Azhar sedang membangunkan asrama untuk mahasiswa Indonesia. Lahan yang dibangunkan asrama di atasnya merupakan hibah dari Universitas Al Azhar karena prihatin atas kondisi mahasiswa Indonesia.
Dubes RI untuk Mesir, Nurfaizi Suwandi menuturkan pembangunan asrama ini bermula dari keprihatinan KBRI atas kondisi mahasiswa Indonesia, khususnya yang belajar di Universitas Al Azhar, Kairo. Jumlah mahasiswa Indonesia di kampus Islam tertua di dunia ini berjumlah 4 ribu orang. Terbanyak kedua setelah Malaysia. Sayangnya, menurut Nurfaizi, mayoritas mahasiswa Indonesia yang datang ke Kairo dengan ‘terjun bebas’, tanpa beasiswa dan dari keluarga menengah ke bawah. Mereka umumnya lulusan pesantren.
Kehadian mereka di Kairo tersebar. Karena tingginya biaya sewa rumah, mereka mencari kontrakan murah dengan kondisi bangunan yang memprihatinkan. Berbeda dengan mahasiswa asal Malaysia dan Brunei Darussalam yang memperoleh tempat tinggal lebih baik karena mendapat beasiswa ataupun pinjaman dari pemerintahnya masing-masingg.
“Sebelumnya bahkan ada mahasiswa kita yang tinggal di atas kuburan muslim. Awalnya mereka hanya menjaga, tapi lama-lama tinggal di atasnya. Ada juga yang tinggal dekat tumpukan sampah. Memprihatinkan saat itu. Sekarang tidak ada,,” cerita Nurfaizi.
Belum lagi, lanjut mantan Kapolda Metro Jaya ini, kondisi mahasiswa yang tersebar membuat mereka rentan terlibat faham-faham radikal.
“Sehingga ada pemikiran di KBRI waktu itu untuk mencari tempat. Datanglah ke Grand Syekh Al Azhar. Di luar dugaan, Grand Syekh Al Azhar sangat menerima dan ikut prihatin. Kata Grand Syekh, masuk saja ke Al Azhar, beliau lalu kasih tanah. Pak Fakhir (Dubes RI untuk Kairo) waktu itu bingung cari duitnya untuk bangun,” imbuh Nurfaizi.
Nurfaizi menuturkan Universitas Al Azhar memberi komitmen wakaf tanah untuk Indonesia sejak tahun 2005. Namun karena ketiadaan dana, peletakan batu pertama baru bisa dilakukan pada Maret 2012. Saat itu baru memberi pancang di area yang akan dibangun. KBRI lalu melakukan komunikasi ke DPR agar pembiayaan pembangunan asrama dapat diambil dari anggaran negara. Komunikasi juga dilakukan melalui Kementerian Luar Negeri ke Presiden SBY.
“Alhamdulillah, Presiden SBY ternyata sangat mendukung. Pembiayaan ini perlu payung hukum. Keluarlah Keppres. Presiden SBY sempat melihat pembangunan asrama ini saat ke Kairo sekitar 2 tahun lalu,” ujarnya.
Atase Pendidikan KBRI Kairo, Fahmi Lukman menambahkan pembangunan 4 asrama mahasiswa ini memakan biaya hingga Rp 54 miliar. Luas tanah yang diberikan dapat dibangun untuk 18 gedung.
“Namun kita hanya mampu 4 gedung. Indonesia adalah yang pertama dan satu-satunya yang diberi keistimewaan oleh Al Azhar punya asrama di dalam lingkungan kampus,” jelasnya.
Saat detikcom berkesempatan mengunjungi lokasi pembangunan bersama delegasi DPR, Senin (22/9), 4 gedung masing-masing memiliki 6 lantai sudah berdiri megah. Pembangunan sudah berjalan sekitar 75 persen. 4 Gedung ini nantinya mampu menampung 1.250 mahasiswa.
Setiap gedung terdiri dari 75 kamar yang masing-masingnya dapat ditinggali 4 orang. Nantinya, asrama ini hanya boleh ditempati mahasiswa S1 Al Azhar. Sistem masa penempatan dan persyaratannya akan diatur oleh Al Azhar.
“Awalnya kami menargetkan ini dapat diresmikan Pak SBY, tapi waktu sepertinya tidak mungkin. Mudah-mudahan akhir tahun ini rampung, sehingga tahun depan sudah dapat ditempati mahasiswa kita,” pungkas Fahmi.
Sumber: Detik News
Jangn lupa tinggalkan jejakmu!