- Sejak saya kuliah dulu, orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam belajar itu pasti ada. Maka jadilah kalian dalam golongan orang-orang tersebut. Dengan majlis-majlis shalawat seperti ini—yang tidak saya rasakan dahulu, saya optimis bahwa kalian semua kelak akan lebih menggoncangkan Indonesia dengan semua ilmu kalian.
- Casing itu penting. Biasakanlah memakai sorban, imamah, jubah, layaknya para masyayikh. Karena yang tidak terbiasa, nantinya akan ujuk-ujuk atau kaget. “Alah bila karena biasa”. Harus biasakan diri dahulu. Yang tidak biasa berceramah, maka latihanlah ceramah melalui rekaman sendiri, lalu dinilai bersama bersama teman-teman.
- Setelah ikut berbagai majlis dan talaqi, aplikasikanlah dengan dua ; tulisan dan berbicara. Dalam tulisan, kalian bisa membuat blog, beli kuteb kecil untuk belajar menerjemahkan setiap kalimat, atau membaca buku dan belajar menyampaikannya. Nantinya kalian akan paham apa yang oranglain tidak paham.
- Antara turats dan sekarang (mu’ashir), terbentang jarak yang jauh sekali. Imam Nawawi, Imam Ibnu hajar, Imam Sakhawi dan lainya sangatlah jauh dengan kita. Maka, jembatan itu semua adalah seorang “azhari”, yang didalam kepalanya berisikan turats, tapi lisannya mu’ashir (kekinian). Bisa membahasakan, serta menerjemahkan dengan bahasa kekinian sehingga tulisannya enak dibaca, bicaranya menguasai kosakata tanpa mempersempit makna, jelas, aktual dan tersusun.
- Mesir adalah tempat men-download semua ilmu pengetahuan. Kenapa tidak di madinah dan makkah? karena setelah Nabi Muhammad saw. wafat, hadis sudah berada dikepala para ulama-ulama diluar Makkah. Dan salah satu tebentuknya qoul jadid Imam Syafii adalah bahwa ia menemukan hadis-hadis yang tidak ia temukan dimanapun selain di Mesir. Tapi jangan hanya men-download, sehingga penuh. usai mendownload, maka uploadlah. Harus latihan meng-upload seperti menulis, menerjemah, ataupun berbicara.
- Untuk mereka yang tidak suka dengan kita, itu sudah pasti ada. Imam Yusuf al-Qardhawi pun menuliskan : “Imam Ghazali baina naqidihi wa maadihihi”. Selalu ada pro dan kontra. Karena Ketika membuat suatu pilihan, akan ada risiko. “life is take a risk”. Kalau takut mengambil risiko, jangan hidup. Dan kalau takut hidup, mati saja!
- Kalau ingin menjadi poohon yang tinggi, harus kuat dengan angin yang kencang, tapi jika ingin jadi rumput yang rendah, siap-siaplah untuk dipijak orang.
- Saya tidak perlu menjelaskan diri saya pada sahabat saya, karena mereka sudah cinta pada saya dan tidak akan merubah cintanya pada saya. Saya pun tidak perlu menjelaskan diri saya pada musuh saya, karena sampai kapanpun mereka tidak akan merubah sikapnya pada saya. Ibarat pepatah “Anjing menggonggong kafilah berlalu”, diamkan saja!
- Jika yang sesat saja berani, kenapa kalian yang “benar” tidak. Ketika orang yang benar itu diam, maka orang yang salah akan merasa dirinya benar.
- Ketika pulang kelak, jangan terjebak hanya dengan tabligh akbar, ceramah, atau apapun itu, tapi kini kalian harus menyusun ceramah berkurikulum atau bersilabus. Seperti tafsir ayat-ayat pendek, hadis pilhan, pemahaman aqidah Asy’ari yang diadakan 40 pertemuan, misalnya. Dan disela-sela hari tersebut isilah dengan majlis shalawat yang akan menyejukkan dan meneduhkan.
- Jangan sampai ada celah, sehingga akan diisi setan. Ketika sebuah sekmen kosong ditinggal oleh azhari, maka setanlah yang akan mengisinya.
- Akan sangat merugi bagi seorang azhari yang mendalami ilmu agama, tapi kemudian pulang tidak membawa rahmat kepada umat Islam di Indonesia. Bagi yang senang berbisnis, bukannya melarang untuk terus berbisnis, namun hendaknya ada satu malam yang ia sempatkan unutk umatnya.
- Teruslah berusaha! Allah hanya suruh Hajar naik ke bukit Shafa dan Marwah. Masalah disana ada air atau tidak, ia tak tau. Karena yang Allah perintahkan adalah sa’yu, berusaha. disaat itu, keluarlah dari tanah baekas tumit anank kecil yang tidak berjalan sebuah sumber air. Allah menyuruh kita untuk menyiapkan bambu lalu dipasang ujungnya tali pancing dan tusukkan cacing. Masalah ikannya datang atau tidak, itu bukan urusan kita, karena kita telah berusaha.
- Setibanya di Indonesia, jangan lupa silaturrahim dengan senior. Bahasa mudahnya “sowan”. Tanyakan bagaimana keadaan masyarakat didaerah tersebut. Pepatah minang mengatakan : “Besandar dibatang yang besar, bernaung dibawah daun yang rindang, bersila diakar. Jangan kita merasa diri kita hebat dan besar.
- Manhaj kita adalah bayan, tidak ada hujum, tu’un, tabdi, tafsiq, takfir,… adapun yang saya lakukan tersebut, itu bukan aksi, tapi re-aksi dari orang-orang yang bertindak duluan. Bagi yang biasa berdakwah lewat vidio, maksimalkanlah Vidio 1 menit untuk media instagram, 3-5 menit guna menjawab isu-isu yang dapat masuk kedalam grup WA, atau 7-10 menit yang bisa diungggah diyoutube. (Bana Fatahillah)
Ini Poin-Poin Penting Nasihat Ustadz Abdul Shomad Untuk Masisir
Zaenal Mustofa5 min read
Suara PPMI, Kairo – Kakak kelas Mahasiswa Azhar yang bernama Abdul Shomad, Lc, M.A. ini merupakan sosok da’i, muballig dan ustadz, yang namanya sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia saat ini, terkhusus mereka yang sedang belajar di al-Azhar, Mesir. Ceramah-ceramah beliau yang sangat viral di berbagai media sosial cukup membuka, mencerahkan dan menjernihkan pemikiran masyarakat banyak tentang berbagai pemahaman yang keliru.
Menjadi sebuah kesyukuran bagi masisir, pada Senin (24/7) kemarin, alumni al-Azhar tahun 2002 tersebut bisa bertatap muka dengan kami, para adik-adik kelasnya, dalam majlis Shalawat Rasulullah saw. yang diselenggarakan di Sahah Indonesia. Kehadirannya ditengah-tengah masisir tidak lain dan tidak bukan guna memberikan nasihat serta tausiyahnya, sebagai pemantik seluruh semangat mahasiswa Azhar dalam belajar, serta berbekal dengan mandat risalah wasatiyah Azhar yang nantinya akan disampaikan saat menginjakkan kaki dibumi pertiwi. Dan berikut adalah beberapa poin rangkuman nasihat yang disampaikannya di Sahah :
Jangn lupa tinggalkan jejakmu!