Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /www/wwwroot/ppmimesir.or.id/wp-includes/functions.php on line 6114
Kisah Hoaks di Dalam Al-Qur'an ⋆ PPMI Mesir
Scroll untuk baca artikel
Banner 325x300
Web Hosting
Web Hosting
Example 728x250
Artikel

Kisah Hoaks di Dalam Al-Qur’an

6
×

Kisah Hoaks di Dalam Al-Qur’an

Share this article

Oleh: Ahmad Najib Nasi'in

Example 468x60

Teknologi informasi dan komunikasi kian berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini membuat masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan informasi sekaligus menyebarkannya kepada khalayak umum. Mereka dengan mudah mengamini informasi yang berlalu-lalang di media sosial tanpa memverifikasinya terlebih dahulu. Akibatnya, banyak masyarakat yang terjerumus ke dalam berita palsu atau yang jamak diketahui dengan hoaks.

Dalam Bahasa Arab, hoaks dikenal dengan beberapa kata, di antaranya, al-Isya’ah yang berarti suatu berita yang tersebar tanpa adanya kepastian di dalamnya. Objek dari berita hoaks biasanya dikonsumsi oleh masyarakat awam yang minim pengetahuan dan tidak mampu untuk memvalidasi data yang diterimanya. Banyak oknum yang menciptakan hoaks dengan   memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan propaganda dan penyesatan. Akhirnya orang yang berada di posisi kubu tertentu mudah terpancing dan tersulut emosi sebab berita tersebut sehingga berujung pada kerusakan dan perpecahan di antara masyarakat.

Hoaks sudah ada sejak pertama kali manusia diciptakan. Iblis lah makhluk yang kali pertama menciptakan hoaks. Hoaks ini diciptakan untuk bertujuan menyesatkan Nabi Adam AS. Kisah ini termaktub di beberapa surah dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah QS. al-Baqarah ayat: 35-36 yang berbunyi:

“Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim! Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga, sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan kami berfirman, Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa setelah Allah SWT memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam AS, mereka semua pun sujud kecuali iblis. Allah SWT memerintah Nabi Adam AS beserta istrinya Siti Hawa untuk tinggal di surga dan memperbolehkan keduanya memakan buah-buahan dan makanan apapun yang ada di sana. Tetapi, Allah memperingatkan mereka untuk tidak mendekati pohon yang telah ditetapkan dan melarang untuk memakannya.

Kemudian iblis menggoda mereka dan mengelabuinya untuk memakan buah dari pohon yang telah dilarang oleh Allah SWT dengan dalih agar mereka dapat hidup selamanya di surga. Singkat cerita, Allah SWT pun murka kepada keduanya, mengeluarkannya dari surga yang penuh kenikmatan dan menurunkannya ke bumi untuk menetap di sana sampai maut menjemput.

Dari sini dapat kita lihat bahwa mempercayai hoaks akan berdampak pada kerugian. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan iblis menyesatkan Adam dengan iming-iming hoaks yang dibuat iblis. Tanpa menguji kebenaran terlebih dahulu, Adam pun terpukau dengan godaan iblis yang mengakibatkannya mendapatkan kerugian yang besar. Yaitu dikeluarkan dari kenikmatan surga Allah SWT.

Pada zaman Rasulullah SAW pun tidak luput dari tipu daya hoaks. Salah satunya adalah tuduhan tanpa ada dasarnya yang ditimpakan kepada Rasulullah di awal masa kenabiannya. Rasulullah dituduh sebagai pembawa ajaran sesat dan sihir oleh kaum musyrikin. Hal ini terpatri dalam QS. al-Muddassir ayat: 11-25.

Dijelaskan di dalam tafsir al-Thabari bahwa ayat ini tertuju pada al-Walid bin al-Mughirah. Riwayat menyebutkan pada saat itu kaum musyrikin sedang berkumpul di Dar al-Nadwah untuk memusyawarahkan perihal Rasulullah SAW dan al-Qur’an. Mereka mengatakan bahwa dia hanya seorang penyair, tukang sihir, bahkan dianggap orang gila. Kemudian al-Walid berpikir panjang seraya mengatakan bahwa apa yang dikatakan Nabi Muhammad hanyalah sihir semata yang dipelajari orang terdahulu, al-Qur’an bukan kalam Allah  SWT, ini hanyalah perkataan manusia.

Padahal Allah SWT telah memberikan nikmat kepada al-Walid berupa anak-anak dan harta yang melimpah ruah,  serta dilapangkan segala urusannya. Tetapi, sifat tamak mulai menghampirinya. Dia mulai terperdaya dengan harta kekayaan. Karena al-Walid menentang dan mengingkari ajaran Allah, Allah pun memberinya azab dengan membinasakan harta kekayaan al-Walid.

Sudah jelas bahwa al-Walid dan kaum musyrikin lainnya telah membuat kabar dusta tentang Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an. Hal ini tak lain disebabkan karena kedengkian yang memenuhi hati mereka. Ketika melihat suatu kebaikan seakan berubah menjadi keburukan. Ketika diajak untuk beribadah kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa mereka pun menolak untuk menerimanya karena bertentangan dengan ajaran nenek moyang mereka.

Memang tidak bisa dimungkiri lagi bahwa hoaks sudah melekat di kehidupan kita. Bahkan sejak diciptakannya manusia pertama yakni Nabi Adam AS. Maka dari itu, kita dituntut untuk mengolah informasi yang sampai kepada kita, apakah itu benar atau salah. Dalam hal ini, Islam sebagai agama yang mengatur segala regulasi di kehidupan manusia pun tak luput mengatur ihwal hoaks ini.

Syekh al-Azhar, Muhammad Sayyid Thantawi dalam kitabnya al-Isya’at al-Kadzibah wa Kaifa Harabaha al-Islam menyebutkan bagaimana cara menumpas hoaks. Pertama, kita harus memastikan terlebih dahulu kebenaran dari berita yang disampaikan seseorang ataupun yang kita dengar. Kedua, kita harus mengembalikan informasi tersebut kepada data dan sumber yang valid. Ketiga, sebelum mendapatkan kebenarannya, kita dituntut untuk diam dan jangan menyebarkannya ke khalayak umum. Keempat, kita harus menerima berita yang sesuai fakta disertai dengan argumentasi yang jelas dan pasti. Kelima, menamkan moral yang tinggi kepada masyarakat dalam menyikapi hoaks ini. Terakhir, tetap berprasangka baik kepada orang lain.

Web Hosting
Example 120x600