Senin, 8 Mei 2023 lalu, Kementerian Pengembangan Spiritual (KPS) mengadakan kunjungan ke Sahah al-Qozaz dalam rangka pelaksanaan program Reconnecting Azhar. Kunjungan ini disambut baik serta diapresiasi oleh pihak Sahah al-Qozaz terlebih khusus Syekh Abdurrahman selaku direktur utama Sahah al-Qozaz.
Sahah Al-Qozaz berdiri pada tahun 2019, awal mulanya hanya berbentuk majelis tasawuf bersama Sayyid Syekh Muhammad Ali, lalu setelah itu berkembang menjadi markaz tempat talaqqi dan menghimpun sekitar lebih dari 140 kitab, mulai dari akidah, tasawuf dan lain sebagainya. Disamping itu Sahah al-Qozaz berada dibawah naungan dan bimbingan Syekh Ali Jum’ah.
Dalam masa berdirinya hingga saat ini, Sahah al-Qozaz berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) alias tidak memiliki sokongan dana atau pengajuan dana dari lembaga apapun. Bahkan gedung yang dipakai Sahah al-Qozaz masih berstatus disewakan. Walaupun dengan fasilitas yang tergolong sederhana, akan tetapi ruh keilmuan yang ada membawa keberkahan tersendiri bagi Sahah al-Qozaz begitu juga para pelajar disana. Karena berdirinya Sahah al-Qozaz ini merupakan bentuk khidmat majelis ilmu dan zikir.
Manhaj Sahah al-Qozaz senafas dengan Al-Azhar, dan akan selalu bersandar ke Al-Azhar, baik dari segi Syariah, Akidah, Tasawuf, dan lain sebagainya. Begitu juga masyayikh pengajar di Sahah al-Qozaz berpegang teguh dengan manhaj Al-Azhar, dan kebanyakan juga yang mengajar langsung di Al-Azhar, seperti: Syekh Abdul Aziz asy-Syihawi, Syekh Hisyam al-Kamil, Syekh Fathi Hijazi dan masyayikh Al-Azhar lainnya.
Nama al-Qozaz diambil dari nama seorang wali yang saleh bernama Syekh Muhammad al-Qozaz yang hidup di abad ke-7 H lalu wafat dan dimakamkan di bawah lokasi Sahah al-Qozaz saat ini, lalu pada tahun 1950 dibangunlah masjid di atas makam tersebut.
Metode talaqqi di Sahah al-Qozaz ada 2 macam:
1. Dauroh Mukatsafah (intensif), yaitu membaca seluruh kitab dari awal sampe akhir dalam waktu yang tidak lama, berkisar seminggu sampai dua minggu.
2. Dauroh Mumtaddah (berkelanjutan) yaitu talaqqi sebagaimana yang diketahui, tidak intensif sehingga waktu pembelajaran yang ditempuh relatif lama.
Dalam hal ini, terdapat biaya administrasi bagi pelajar yang mengikuti Dauroh Mukatsafah dan sebagian dauroh lainnya, sebagian lagi diadakan secara gratis bahkan tak jarang beberapa masyayikh yang mengajar membagi-bagikan kitabnya kepada para pelajarnya.
Adapun biaya yang diterima Sahah pun juga tidak cukup banyak. Biaya tersebut dibagi menjadi tiga bagian:
1. Untuk pengajar.
2. Untuk biaya sewa tempat.
3. Untuk para tim penerjamah dari pelajar Indonesia yang membantu menerjemahkan sebagian pengumuman-pengumuman dari Sahah di media-media yang mereka punya.
Sahah al-Qozaz menyampaikan terima kasih atas kunjungan ini dan juga kepada pelajar-pelajar Indonesia umumnya, bahkan bersedia untuk membantu memfasilitasi pelajar Indonesia dalam hal pengembangan keilmuannya disini. Semoga hubungan baik antar pelajar Indonesia dengan lembaga-lembaga yang senafas dengan Al-Azhar termasuk Sahah al-Qozaz tetap terjalin dengan baik dan harmonis, demi meningkatkan kualitas keilmuan mereka selama studi di Mesir ini.
Notulen : Zakiy Abdussalam.
Penyunting : Muhammad Hariz Farezi Fadza.