Suara PPMI, Kairo- Ada yang mengejutkan dalam debat kandidat presiden PPMI (Kamis, 6/7) kemarin. Ketika memperkenalkan diri, Pangeran, sebagai kandidat Presiden nomor urut satu (sambil berjabat tangan dengan Ikhwan) mengatakan bahwa dirinya telah berkawan dengan rival debatnya kurang lebih selama sepuluh tahun, sejak ia belajar bersama di Pondok Pesantren dulu hingga belajar di Al-Azhar dan bertatap muka dikursi debat ini. Ikhwan pun juga mengatakan yang demikian.
Selain almamater yang sama, mereka berdua merupakan keturunan darah Sumatra yang kini berdomisili di Jakarta, tepatnya Jakarta Timur. Disamping itu, setelah keduanya duduk dibangku fakultas Ushuluddin Al-Azhar, mereka telah sama-sama membangun tajamnya setiap argumen pada kemampuan silat lidah ketika menjadi pegiat kelompok kajian diskusi Nuun Center IKPM Cabang Kairo. Kontribusi mereka dalam dinamika pergerakan PPMI pun harus kita akui bersama.
Sejumlah bentuk kesamaan dari rekam jejak kedua capres tersebut terkesan lebih memberikan warna yang lebih pada Pesta Pemilu Raya tahun ini. Meski terlihat tegang dan sedikit memanas saat debat berlangsung, Pangeran dan Ikhwan tak lupa saling tersenyum dan tertawa satu sama lain disela-sela mendengarkan tanggapan yang dilontarkan dari salah satunya.
Tanpa mengurangi rasa hormat, jika ingin diibaratkan, posisi kedua kandidat presiden saat ini layaknya sebuah “pepatah bijak” yang sering tertempel dikaca angkutan umum, yang bertuliskan : “Bersatu di Pangkalan, bersaing di Jalanan”.
Antara mereka berdua, kita tidak tahu siapa yang akan maju ke bangku PPMI 1. Namun yang terpenting, siapapun yang akan menjabat kelak, semoga dapat membawa masisir kejenjang yang lebih baik. Ihsan Zainuddin, salah satu panelis debat kemarin pun mengatakan demikian. “Mereka berdua adalah kader terbaik masisir, siapapun yang akan menjadi, maka harus membawa masisir dalam koridor yang lebih baik serta sejahtera”, tutur beliau. (Bana Fatahillah)
Photo from : Facebook @PanitiaPemiluRaya