PPMI adakan Dialog Interaktif bersama Ihsan Tualeka dan Leila Mona
Zaenal Mustofa3 min read
Suara PPMI, Kairo- Pada Rabu (3/4), Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, mengundang Ihsan Tualeka, ketua Empower Youth Indonesia serta produser film “Cahaya dari Timur”, yang menjadi film terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 2014 dan juga Leila Mona, seorang Komisioner konsil kedokteran Indonesia 2014-2019 dalam acara dialog santai dan sharing pengalaman. Acara ini dihadiri oleh rekan-rekan anak baru angkatan mafaza yang bertempat di Aula Darul Hasan (DAHA) Jambi.
Dalam sambutannya, Presiden PPMI Mesir, Ahmad Baihaqi Maskum mengingatkan bahwasanya dalam memberi atau berbagi, bukan hanya sekedar pada materi, melainkan lebih dari itu. “Memberi itu bukan hanya dalam uang saja. Memberi pengalaman, kisah-kisah perjuangan, berbagi nasihat, itupun termasuk memberi. Karena dalam al-Quran Allah berjanji, barang siapa yang memberi, maka akan diberikan yang lebih”, ujar kang Abay.
Selain komisioner konsil kedokteran, bu Mona merupakan dosen Magister ilmu komunikasi di Mercu Buana dan juga reviewer Lembaga Pengemabangan Dana Pendidikan (LPDP). Adapun orang kelahiran darah Maluku tersebut, pak Ihsan Tualeka, merupakan seseorang yang telah membanting stir dari aktivis human right menjadi prosedur dalam dunia perfilman.
Sebagai pembicara pertama, Ihsan Tualeka menjelaskan bahwasanya film merupakan media yang menjadikan para khalayak masyarakat tertarik untuk melihatnya, serta adanya dampak positif dan negatif dari dunia hal tersebut. “Dampak positif yang dapat kita ambil ialah seperti mengenalkan objek wisata dan budaya yang ada di Indonesia pada seluruh masyarakat, serta menjadi motivasi bagi aktor yang menurutnya bagus. Adapun negatifnya, bisa kita lihat dari fashion yang sudah mulai tidak karuan, ataupun budaya-budaya pacaran”, tegas pak Ihsan.
Selain itu Ihsan juga menyinggung sejarah bagaimana bangsa ini berjaya yang diprakarsai oleh diaspora. Mereka yang telah keluar negri, layaknya Sjahrir, Soekarno, dan lainnya menanggapi dengan kesadaran kolektif dan membuat komparasi. Mereka memberi pencerahan pada bangsa Indonesia. Dan mereka itulah yang termasuk “rolling elite” dari kaum intelektual. Begitupun generasi-generasi setelahnya.
Selanjutnya, bu Mona menjelaskan beberapa konsep agar sukses dalam pekerjaan kita. Pertama adalah masteri, yaitu penguasaan dalam satu bidang. Kedua adalah networking, dengan mencari teman sebanyak-banyaknya agar dapat kita bantu. Dan yang terakhir adalah Personal Social Responsibility (PSR), yaitu adanya tanggung jawab seseorang pada lingkungannya. “Jika tiga ini ada diri kalian, niscaya kalian akan mudah dalam setiap pekerjaan kalian”, tutup beliau.
Jangn lupa tinggalkan jejakmu!