Ppmimesir.or.id, Kairo—Meneruskan agenda kunjungan bersama lima Menko. Pada kesempatan ini, PPMI Mesir melakukan kunjungan ke kekeluargaan IKMAL (Ikatan Keluarga Mahasiswa Lampung), KSW (Kelompok Studi Walisongo), dan PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Mesir pada Rabu, (15/9). Kunjungan yang dikepalai oleh Zumratus Sa’adah Julia, selaku Mendagri tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu mensosialisasikan serta mendiskusikan program kerja dan menyerap aspirasi Kekeluargaan serta Afiliatif.
Kunjungan pertama dilakukan ke keluargaan IKMAL, bertempat di Sekretariat IKMAL, Mustallas, Hay Ashir. Dalam kunjungan tersebut, setiap Menko PPMI Mesir menyampaikan program kerjanya masing-masing selama satu periode masa bakti. DP (Dewan Pengurus) IKMAL berharap kepada PPMI Mesir membuat penyatuan cetak biru kepenulisan khusus agar bisa dijadikan acuan bagi setiap elemen Masisir dalam menjalankan programnya, seperti standar PUEBI Masisir, ataupun penyatuan format pendataan anggota setiap kekeluargaan.
Alawy sebagai perwakilan Menko 1 mengutarakan program-program keilmuannya, seperti: Iftah, Dauratuna, serta berbagai perlombaan dalam ranah keilmuan seperti karya ilmiah dan MBA (Musabaqah Bahasa Arab). Dalam hal keilmuan, IKMAL juga memiliki beberapa program yang berkutat dengan keilmuan, hal tersebut dipergunakan untuk menunjang akademik anggota IKMAL. Pengurus divisi keilmuan IKMAL juga menyampaikan, “Kita akan mengadakan madrasah IKMAL bersistem seperti sekolah, yang ditujukan khususnya untuk mahasiswa IKMAL dan Masisir secara umum,” ujarnya.
Menanggapi program Dauratuna, Dicky Aziz Gunawan sebagai Gubernur IKMAL mengatakan bahwa PPMI Mesir seharusnya lebih mengoptimalkan peran-perannya sebagai organisasi induk di kalangan Masisir. “PPMI Mesir sebagai organisasi induk seharusnya mengoptimalkan peran-peran kekeluargaan dalam mencerdaskan warganya, bukan malah membuat kegiatan sendiri yang serupa dengan kekeluargaan. Karena acara-acara keilmuan seperti ini, ranah kekeluargaan sebagai komunitas yang memiliki hubungan emosional lebih dekat dengan warganya,” ucap Gubernur IKMAL.
Menanggapi hal tersebut, perwakilan Menko 1 mengungkapkan bahwa program-program yang diwacanakan PPMI Mesir akan berusaha merangkul beberapa elemen Masisir untuk mewujudkannya, seperti kekeluargaan dalam sosial budaya, ataupun senat mahasiswa dalam ranah keilmuan. “Sistem dan teknis Dauratuna ini, pastinya akan berkolaborasi dengan kekeluargaan. Karena memang PPMI Mesir tahun ini lebih mengedepankan kolaborasi, tidak ingin berjalan sendiri-sendiri,” kata Alawy.
Kunjungan selanjutnya juga disambut dengan ramah oleh Gubernur KSW beserta jajarannya. Furqon Khairuddin, Lc. menyatakan bahwa program-program yang telah dikemukakan ole PPMI Mesir sudah bagus, akan tetapi perlunya ditelaah tentang keefektifan dan kerelevanan untuk Masisir, jika memang efektif dan relevan silakan dilakukan, jika tidak maka perlu ditinjau kembali.
Pandu Aditya, Lc selaku MPA (Majelis Permusyawaratan Anggota) KSW menyatakan lantaran adanya beberapa kasus pelecehan terhadap Masisir, sehingga bimbingan konseling dianggap perlu untuk menghindari adanya trauma dan stres berlebihan kepada korban. “Jadi apabila ke depannya ada kasus serupa, PPMI Mesir tidak berfokus pada penyelesaian kasusnya saja. Tapi juga memperhatikan psikis korban melalui bimbingan konseling,” saran Mas Pandu.
Dalam ranah keilmuan, MPA KSW tersebut juga berharap agar PPMI Mesir dapat mengadakan forum-forum yang bisa menggugah gagasan dan pemikiran-pemikiran baru dalam keilmuan Masisir, jadi tidak sekadar kajian monolog semata. Namun, relevan dan efektif bagi para Masisir. Selain itu sebagai organisasi pusat Masisir, PPMI Mesir juga disarankan oleh Pandu Aditya, Lc. agar membuat buku panduan profil kuliah yang dalam hal ini melibatkan senat mahasiswa.
Ketua Tanfidziah PCINU Mesir, A. Rikza Aufarul Umam, Lc., Dipl. yang didampingi oleh M. Fakhruddin A, Lc. sebagai Sekertasis Tanfidziah dan beberapa jajarannya menyambut kunjungan PPMI Mesir dengan baik. Meskipun dirinya menjabat sebagai penasehat PPMI Mesir, beliau tidak sungkan untuk mengkritisi, memberikan masukan, solusi dan tugas terhadap program-program PPMI Mesir.
Menurut Mas Rikza PPMI Mesir sebagai organisasi induk Masisir, dapat mengoptimalkan peran yang lebih strategis. Kontinunitas menjadi tantangan yang penting dalam setiap program-program yang dijalankan PPMI Mesir. “Melanjutkan kegiatan-kegiatan yang sekiranya baik dari periode sebelumnya menjadi lebih baik, bukan mengganti kegiatan yang dikira lebih baik,” ujar mahasiswa alumni Krapyak tersebut.
Ia juga menganjurkan agara PPMI Mesir menetapkan cetak biru agar perputaran estafet roda pengurusan PPMI Mesir berjalan efesien. “Bagaimana program-program setahun kedepan yang terlihat berdampak besar bagi Masisir, dapat diteruskan dengan peraturan yang ditetapkan secara undang-undang sehingga tidak perlu mengonsep dari awal kembali, tetapi mengevaluasi,” ungkap Mas Rikza. Kemudian berpesan agar membuat juklak, juknis, silabus, kurikulum atau cetak biru, untuk menjadikan patokan dalam meneruskan atau acuan generasi kedepan.
Selain itu Sekertaris Tanfidziah PCINU Mesir juga menyampaikan agar PPMI Mesir dapat mengkolaborasikan setiap elemen Masisir dalam menentukan program kerja, sehingga lebih efektif. “Kami harap PPMI Mesir bisa mengkolaborasikan antara semua elemen Masisir, bersinergi dengan kekeluargaan, senat, dan afiliatif lainnya, sehingga tidak terkesan hanya berperan seperti seremonial,” ujar pria yang sering disapa Mas Udin.
Dalam pesoalan Masisir pengurus PCINU Mesir tersebut juga menyatakan bahwa dari sekian banyak problematika dan persoalan di Masisir, PPMI mesir sudah sepatutnya memilih persoalan yang strategis dalam ranah kegelisahan nasional dan solusinya sangat ditunggu oleh Masisir. Yang kami harapkan, “Bagaimana bisa mengambil sikap untuk ke dalam, dan menyuarakan ke luar, sehingga dapat memberikan dampak signifikan dan solusi yang nyata sampai persoalan tersebut tembus ke stakeholder yang ada di Indonesia misalnya,” ungkapnya.
Di penghujung diskusi Ketua Tanfidziah mengutip pesan yang disampaikan K.H. Miftahul Akhyar ketika melantik pengurus PCINU Mesir di Kairo bahwa, “Kita tidak boleh merasa mapan dan merasa bahwa kita sudah sangat ideal, akan tetapi perlu memposisikan diri dengan menatap dari jarak yang jauh, agar bisa melihat lebih luas dan membenahi diri kita sendiri,” pesan untuk PPMI Mesir.
Reporter: Mariah Qibtiah
Editor: Daru Fahma Muliawan