Pada Selasa, tanggal 27 Mei 2014 Dr. Muchlis M. Hanafi (MMH), Sekjen IAAI menjadi pembicara pada peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Acara yang dimulai ba’da Maghrib tersebut diselenggarakan oleh Pengurus Masjid Raya Bintaro Jaya (MRBJ). Dihadapan para jama’ah yang mayoritas merupakan masyarakat Bintaro Tangerang tersebut, beliau menyampaikan tema bertajuk “Moderasi Islam Membentuk Umat Terbaik”.
Dalam pengajian tanya jawab berdurasi dua jam tersebut, MMH menekankan pentingnya manhaj moderasi Islam untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Dengan moderasi Islam, keragaman budaya dan khususnya keragaman dalam keberagamaan dapat menjadi berkah bukan musibah. Kita sebagai umat Islam harus meng-imani bahwa keberagaman dan perbedaan di segala hal yang ada di Indonesia adalah suatu berkah. MMH menyampaikan bahwa Allah Swt. bisa saja menciptakan umat Indonesia bahkan seluruh umat di dunia dalam satu bentuk yang sama, akan tetapi Allah tidak menciptakan demikian. Di samping keragaman yang, Allah membekali umat dengan suatu aturan hidup yang komplit yaitu melalui Islam yang diturunkan melalui risalah Rasul-rasul-Nya.
Sebagaimana dalam surat Al-Baqarah: 143, Allah Swt. berfirman: Wa kadzalika ja’alnakum ummatan wasathan litakunuu syuhadaa a ‘ala an-naasi … “Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia … “. MMH berpandangan bahwa fitrah ajaran Islam itu adalah wasath (moderat) yang dalam pengertian ayat di atas berarti litakunuu syuhadaa a ‘ala an-naas, seorang pilihan dan bertindak adil. Oleh sebab itu sebagaimana kata wasath, seorang “Wasit” (diserap dari kata wasath) dalam sebuah kompetisi olahraga adalah seorang yang adil, tidak memihak pada kubu manapun, ia hanya berpihak kepada aturan yang telah ditetapkan. Begitupun Fitrah Islam, dia tidak berada di kanan, dan juga tidak berada di kiri, ia berada di tengah dan memandang semua umat sama.
Fitrah Islam yang moderat (wasath) juga tergambar pada peristiwa Isra’ Mi’raj. MMH mengutip riwayat yang mengisahkan bahwa pada saat peristiwa tersebut Nabi disuguhi tiga gelas minuman oleh Jibril, yaitu Khamr, Madu, dan Susu, dan dipilihnya Susu. Jibril pun berkomentar, “Itulah (perlambang) fitrah (kesucian)-mu dan ummatmu”. Sebagaimana kita tahu khamr adalah minuman yang sulit dicerna oleh tubuh. Meskipun ada manfaatnya akan tetapi mudlarat-nya lebih besar. Sementara madu merupakan minuman yang kaya akan nutrisi yang baik untuk kesehatan, akan tetapi memiliki titik batas jenuh untuk diminum dengan jumlah banyak. Berbeda dengan susu, selain memiliki kandungan gizi dan nutrisi yang baik, susu dapat dengan mudah dicerna oleh tubuh dan dapat diminum dalam jumlah yang lebih banyak daripada madu maupun khamr. Dalam ayat 66 surat an-Nahl Allah menyebutkan: Labanan khalishan wa saaighan li syaribihi… “susu yang bersih, yang mudah diminum, lagi sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya” Menurut MMH seperti itulah fitrah Islam, seperti susu, Islam merupakan agama kompleks yang memberikan menutrisi dan menyegarkan bagi kehidupan manusia dan dapat diterima oleh siapapun dan pada masa kapanpun.
Pada kesempatan tersebut, MMH juga menyinggung perihal maraknya takfir antar umat Islam. Kita semua mengamini bahwa di era abad 21 ini semangat keberagamaan umat Islam sangat tinggi. Akan tetapi yang sangat disayangkan ialah semangat tersebut tidak dibarengi dengan pemahaman ke-Islaman yang memadai. Di satu sisi simbol-simbol Islamis dikenakan akan tetapi akhlak dan moral tidak mencerminkan demikian, dan di sisi yang lain Islam dijadikan alat untuk membenarkan kekerasan. Satu kelompok terlalu memudahkan dan kelompok yang lain rajin mengkafirkan. Padahal Islam, selain agama yang tegas juga agama yang tidak mengijinkan tindakan pemaksaan, bahkan dalam urusan akidah sekalipun. Oleh sebab itu penting kiranya bagi umat Islam untuk kembali ke fitrah ajaran Islam, yaitu Islam yang moderat, Islam yang tidak memihak, Islam anti liberalism dan Islam yang menolak radikalisme.
Selain pengajian, keberadaan MMH pada peringatan Isra Mi’raj tersebut turut diboncengi stand buku “Moderasi Islam” oleh IAAI Indonesia. 80 buku Moderasi Islam karya Dr. Muchlis M. Hanafi yang dibawa ludes diborong oleh para jamaah yang hadir. (Zam/M.Jamzuri) Sumber: waag-azhar.or.id
Jangn lupa tinggalkan jejakmu!